Sabtu, 01 Februari 2014

Intervensi Takhta Suci dalam Debat Terbuka Tentang Timur Tengah 22/10/2013


Intervensi Uskup Agung Francis Chullikatt
Nuncio Apostolik, Pengamat Tetap Takhta Suci untuk PBB
dalam Dewan Keamanan
Debat Terbuka tentang Timur Tengah
 (New York, 22 Oktober 2013)

Yang Terhormat Ketua Dewan, 

Delegasi saya mengucapkan selamat atas Keketuaan Azerbaijan dalam Dewan Keamanan bulan ini dan atas dibukanya debat terbuka tentang Timur Tengah. 

Yang Terhormat Ketua Dewan, 

Dalam beberapa kesempatan, Takhta Suci telah menyuarakan keprihatinan yang mendesak bagi perdamaian dan kesejahteraan bagi semua bangsa di Timur Tengah. Pada kesempatan ini, sekali lagi, Delegasi saya bergabung dengan suara mereka yang berkehendak baik yang siap sedia untuk menyambut, dengan penuh harapan, bersatunya kembali bangsa Israel dan Palestina dalam negosiasi-negosiasi secara langsung, serius, dan konkret. Harapan kami terbarui, ketika kami menyaksikan proses perdamaian yang kembali bersemi saat ini.  

Ini adalah momen kritis bagi wilayah tersebut dan ada banyak isu yang harus dipertimbangkan. Sebuah solusi bagi setiap, dan semua rakyat Timur Tengah haruslah bercirikan, pertama dan utamanya, penghormatan terhadap inti dan martabat manusia, tanpa pandang ras atau kepercayaan; kepedulian bagi setiap kehidupan manusia dan martabat manusia; dan pengejaran tanpa lelah bagi kesejahteraan umum untuk seluruh masyarakat, dengan mengingat konteks regional dan internasional. Pengakuan dan penghormatan terhadap martabat setiap mausia yang tak bisa terpisahkan, merupakan peta jalan menuju kesatuan dan stabilitas setiap bangsa. 

Yang Terhormat Ketua Dewan, 

Pembangunan perdamaian antara bangsa Israel dan Palestina, membangun lingering remnant pada abad kedua puluh, yang merupakan yang paling berdarah selamna berabad-abad. Setiap pihak dalam drama ini telah menderita krisis kemanusiaan yang parah, baik dalam perang terang-terangan, kekejaman ekstrimis, atapun respon militer terhadapnya. Dalam banyak kesempatan, sayangnya, adalah penduduk sipil yang menjadi korban dalam kekerasan yang terang-terangan maupun tersembunyi. 

Dampak penderitaan kemanusiaan ini memnbani kedua pihak dalam bangkitnya konflik yang berlarut ini, menuntut agar komunitas internasional mendonasikan lebih banyak dana setiap tahunnya untuk menanggulangi pengungsi. Gambaran ekonomi global, bagaimanapun juga, memperingatkan kita bahwa hal ini tidak bisa ditopang selama-lamanya. Sebuah solusi politik merupakan juga solusi terbaik bagi tekanan-tekanan ekonomi ini, karena perdamaian antarihak mengandaikan adanya ekonomi yang stabil, dan pada gilirannya menarik masuk dana pembangunan. 

Yang Terhormat Ketua Dewan, 

Delegasi saya berharap untuk mencatat isu-isu politik lainnya, yang masih belum terpecahkan, telah lebih dulu memperkenalkan instabilitas lebih lanjut di kawasan. Sejalan dengan hal tersebut, kami menggabungkan suara dengan mereka yang menyatakan kepedulian besar terhadap situasi di Suriah dan mendorong setiap orang yang terlibat untuk terus berjuang dalam perjuanagan tulus bagi keadilan dan perdamaian. Sebagai langkah imperatif pertama, Takhta Suci telah dengan sangat dan dengan mendesak, memanggil semua pihak untuk segera mengakhiri kekerasan dan memulai proses nyata dialog melalui konferensi Jenewa 2 yang direncanakan bulan depan. 

Salah satu konsekuensi dari kekerasan yang sedang berlangsung di Suriah adalah pengungsian non-tentara dari rumah mereka. Selain lebih dari empat juta orang yang mengungsi di dalam batas-batas Suriah sendiri, lebih dari dua juta pengungsi, tiga perempat di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga dan kini mencari perdamaian, keamanan, dan keselamatan, juga di negara-negara di luar Timur Tengah. Tantangan-tantangan yang dihadapi khususnya bagi negara-negara tetangga dalam mendampingi dan melindungi para pengungsi ini dapat memiliki "dampak destabilisasi terhadap seluruh kawasan"[1]. Situasi tersebut amatlah parah dan memburuk hari demi hari; banyak orang yang mati kelaparan, dan banyak lainnya karena kurangnya akses kepada pelayanan kesehatan yang mendasar dan diperlukan. Gereja Katolik tetap berkomitmen dan aktif di garis depan dalam menyediakan asistensi kemanusiaan kepada masyarakat, tanpa pandang afiliasi agama maupun etnik, dengan segala cara yang kami bisa. 

Pada 1 September 2013, Paus Fransiskus menyerukan Hari Doa dan Puasa bagi Perdamaian Dunia dan khususnya bagi perdamaian di Suriah pada Sabtu berikutnya. Berbicara tentang kompleksitas yang luar biasa pada situasi di Suriah, Paus menekankan, "Jangan pernah menggunakan kekerasan untuk membawa perdamaian. Perang melahirkan perang, Kekerasan melahirkan kekerasan.[2] Beliau juga menyerukan permohonan dari dasar hati "agar kekerasan dan penghancuran di Suriah dapat segera berhenti dan agar upaya-upaya baru dapat diambil untuk memperoleh solusi yang adil bagi konflik persaudaraan ini". [3]

Yang Terhormat Ketua Dewan, 
Timur Tengah telah menjadi, sejak awal, buaian iman leluhur umat Kristen, dan umat Kristen telah hidup dengan damai selama berabad-abad, abhkan ribuan tahun. Sebagai warga negara mereka masing-masing di Timur Tengah, mereka ingin terus menjadi bagian sosial, politik, budaya dan bidang keagamaan kawasan serta berkontribusi bagi kesejahteraan umum masyarakat di tempat asal mereka, bekerja bagi perdamaian dan rekonsiliasi, dipandu oleh nilai-nilai tersebut yang dapat membantu kemajuan masyarakat menuju rasa hormat yang lebih besar terhadap keadilan, HAM, dan kebebasan dasariah.

Untuk alasan ini, Delegasi saya ingin menghadirkan dalam forum ini pengungsi Kristen yang mengkhawatirkan dari tempat asal mereka. Ekstrimis dan kekuatan reaksioner dibawa masuk ke kawasan sebagai dampak instabilitas politik dan konflik yang menyasar umat Kristen dan kelompok lain yang menderita dampak akibat kekejaman buta mereka. Umat Kristen memandang diri mereka terpaksa mengungsi demi kehidupan dan anggota-anggotanya, meninggalkan tradisi dua ribu tahun yang terikat dalam budaya dalam kawasan. Hal tersebut merupakan kejadian berulang yang tak dapat diterima dari apa yang terjadi di Irak ketika kekerasan sektarian telah mengurangi populasi umat Kristen hingga 70%.

Bagi kita yang ada di PBB ini, tantangan-tantangan Timur Tengah ini merupakan panggilan yang lebih jelas bagi tugas pembawa damai yang merupakan alasan utama keberadaan institusi ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan menggalang kehendak politik yang dibutuhkan, komunitas internasional dapat membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat di Timur Tengah dan membantu mereka memenuhi impian mereka akan perdamaian yang sudah lama dinanti di Timur Tengah. 

Terima kasih, Bapak Ketua Dewan.







[1]S/PRST/2013/15
[2] Words during the Angelus Prayer of Pope Francis, St. Peter’s Square, Sunday, 1 September 2013
[3]Words after the Angelus Prayer of Pope Francis, Saint Peter's Square, Sunday, 8 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar