Sabtu, 08 Februari 2014

Takhta Suci Akan Merespon Observasi Akhir Komisi PBB untuk Hak Anak


Pada 6 Februari 2014, Uskup Agung Silvano Tomasi, Pengamat Tetap Takhta Suci untuk PBB di Jenewa, mengomentari simpulan observasi Komisi PBB untuk Hak Anak, yang merupakan observasi yang sangat penting terkait isu penganiayaan anak oleh para imam dan tindakan-tindakan yang diambil oleh Vatikan dan Takhta Suci mengenai masalah ini. Observasi tersebut juga mengusulkan revisi Gereja terhadap beberapa pokok  ajaran seperti kontrasepsi dan aborsi.

"Kesan pertama saya, kita harus menunggu, membaca dengan penuh perhatian dan menganalisa dengan rinci apa yang para anggota Komisi ini telah tulis," komentar sang nuncio. "Namun reaksi pertama saya adalah terkejut, karena aspek-aspek negatif dari dokumen yang telah mereka hasilkan dan sepertinya nampak bahwa itu sudah disiapkan sebelumnya dengan delegasi Takhta Suci, yang telah diberikan dalam respon yang rinci dan tepat terhadap berbagai poin, tidak dilaporkan pada dokumen akhir ini atau setidaknya nampak tidak dengan serius dipertimbangkan. Nyatanya, dokumen itu terlihat bukan dokumen yang termutakhirkan, mengingat apa yang telah, sepanjang tahun-tahun terakhir, dilakukan oleh Takhta Suci, dengan ukuran-ukuran yang diambil langsung dari otoritas Negara Kota Vatikan dan dalam berbagai negara oleh Konferensi Uskup. Dengan demikian kurang mencantumkan perspektif yang tepat dan termutakhirkan, yang pada kenyataannya telah mengalami perubahan dalam hal perlindungan anak, yang mana menurut saya, sulit ditemukan pada tingkat yang sama pada institusi ataupun negara lain. Ini merupakan persoalan fakta, bukti, yang tidak bisa didistorsi!"

Menyoal reaksi Takhta Suci terhadap dokumen tersebut, Uskup Agung memastikan bahwa "Takhta Suci akan merespon, karena Takhta Suci merupakan anggota, suatu State yang merupakan bagian dari Konvensi. Takhta Suci telah meratifikasi dan mengobservasi dokumen tersebut dalam semangat dan panduan Konvensi, tanpa menambahkan ideologi atau imposition yang berada di luar Konvensi itu sendiri.  Sebagai contoh, dalam Preamble, Konvensi Perlindungan Anak berbicara tentang pembelaan terhadap kehidupan dan perlindungan anak sebelum dan sesudah kelahiran, yang mana rekomendasinya diusulkan pada Takhta Suci untuk mengubah posisinya soal aborsi! Tentu saja, ketika seorang anak dibunuh, ia tidak lagi mempunyai hak! Dengan demikian ini nampak bagi saya sebagai kontradiksi yang nyata terhadap tujuan fundamental Konvensi ini, yaitu perlindungan anak. Komisi ini tidak melakukan pelayanan yang baik pada PBB, berharap untuk menggiring dan meminta Takhta Suci untuk mengubah ajarannya yang tidak bisa dinegosiasi! Jadi, sedih untuk melihat bahwa Komisi ini tidak menangkap dengan dalam, kodrat dan fungsi Takhta Suci, yang bagaimanapun, telah menyatakan dengan jelas pada Komisi, keputusannya untuk menaati permohonan Konvensi tentang hak-hak anak, tapi sambil mendefinisikan dengan jelas dan melindungi, pertama-tama, nilai fundamental yang memberikan perlindungan yang nyata dan efektif bagi anak."

Pengamat Takhta Suci juga mengomentari fakta bahwa PBB telah berkata suatu kali bahwa Vatikan telah merespon lebih baik dibandingkan dengan negara lain dalam hal perlindungan anak-anak, dan menyoal pengubahan opini yang dinyatakan dalam dokumen yang terbit kemarin (5/2), ia berkata, "Pengantar pada laporan akhir mengakui kejelasan jawaban yang diberikan, tidak ada upaya-upaya untuk mencegah permohonan yang dibuat oleh Komisi, berdasarkan pada bukti yang tersedia, dan ketika tidak ada informasi langsung, kami telah menjanjikan untuk menyediakannya di masa mendatang, sesuai arahan Takhta Suci, sebagaimana pula dilakukan negara-negara lain. Jadi, terlihat sebagai dialog konstruktif dan saya pikir seharusnya tetap demikian. Dengan demikian, mengingat kesan yang diterima melalui dialog langsung oleh delehgasi Takhta Suci dan Komisi, dan teks simpulan serta rekomendasi, kami tergoda untuk berkata bahwa mungkin teks yang telah ditulis tersebut, tidak mencerminkan input dan kejelasan, ketimbang penambahan yang licik, yang telah ditawarkan padanya. Jadi kami harus dengan tenang dan dengan berbasis bukti -karena kami tidak memiliki apapun untuk disembunyikan!- mengajukan penjelasan mengenai posisi Takhta Suci, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang masih ada, sehingga tujuan fundamental yang dikejar -perlindungan anak- dapat tercapai. Kita berbicara mengenai 40  juta kasus penganiayaan anak di dunia, dan sayangnya beberapa kasus tersebut -bahkan jumlahnya kecil dibandingkan dengan semua penganiayaan yang terjadi di dunia - mempengaruhi orang-orang dalam Gereja. Dan Gereja telah merespon dan bereaksi, serta akan terus begitu! Kita harus memperjuangkan kebijakan transparansi, yang tanpa toleransi terhadap penganiayaan, sebab bahkan (penambahan) satu kasus pun sudah terlalu banyak!"

Sumber:


http://visnews-en.blogspot.com/2014/02/archbishop-tomasi-holy-see-will-respond.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar