Terlapas dari harapan-harapan yang berhembus seiring dengan terpilihnya Paus Fransiskus, hubungan Takhta Suci dan RRT tetap bergeming. Pemimpin baru RRT, Xi Jinping, tidak menepati janji-janjinya. Asosiasi Katolik Patriotik China dan Kementerian Urusan Agama tetap berusaha mengubah para uskup dan umat menjadi "budak".
Kardinal Joseph Zen, Uskup Emeritus Hong Kong dalam sebuah wawancara dengan agen berita AsiaNews, berkata bahwa Beijing mengemban "karya penghancuran" terhadap Gereja Katolik lokal.
"Dengan kekuatan posisi yang mereka dapatkan dalam hal berurusan dengan agama-agama, mereka menghancurkan tidak hanya agama-agama tapi juga nama baik bangsa kita," kata Kardinal. "Satu-satunya tujuan pekerjaan mereka nampaknya adalah "memperbudak" Gereja kita (sayangnya seringkali tidak berhasil) dengan memaksa para uskup dan imam untuk mengkhianati nurani, iman mereka."
"Nampaknya tak dapat disangkal bahwa (Xi Jinping) telah menunjukkan kebulatan tekadnya untuk mereformasi partainya dengan secara berani memerangi korupsi dan mendirikan sebuah rezim yang bersahaja dan ugahari bagi rekan sejawat komunisnya". Kardinal Zen menambahkan bahwa "kejelasan posisi nampaknya menjadi fitur khas Paus Yesuit kita... Sebagian orang berkata bahwa Paus menyukai tango, tapi butuh dua (orang) untuk ber-tango. Apakah kita juga dapat mengharapkan kehendak baik yang sama dari counterpart nya?"
Sumber:
http://vassallomalta.wordpress.com/2014/01/30/cardinal-zen-says-destruction-of-the-catholic-church-continues-in-china/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar