Minggu, 26 Januari 2014

Pesan Paus yang Disampaikan dalam World Economic Forum 2014

Dalam pesannya kepada Klaus Schwab, Presiden Eksekutif World Economic Forum, yang dibacakan oleh Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson, Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian di depan pertemuan ke-44 World Economic Forum di Davos-Klosters, 22 Januari 2014,  yang dihadiri 40 Kepala Negara serta lebih dari 2,500 peserta dari sekitar 100 negara, di mana 1.500 di antaranya merupakan para pemimpin bisnis dari berbagai perusahaan, organisasi internasional, masyarakat sipil, media, pendidikan dan seni,  Paus mengajak para Kepala Negara, pelaku ekonomi dan bisnis untuk melakukan pendekatan inklusif terhadap ekonomi dengan mempertimbangkan martabat setiap manusia dan kesejahteraan umum. Paus juga menyatakan harapannya bahwa perjumpaan ini dapat mengisyaratkan kesempatan bagi permenungan yang lebih dalam akan penyebab krisis ekonomi yang dihadapi dunia tahun-tahun belakangan ini :

"Saya sangat berterima kasih atas undangan Anda untuk menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum, yang sebagaimana lazimnya diselenggarakan di Davos-Kosters pada akhir bulan ini. Percaya bahwa pertemuan ini akan menyediakan kesempatan untuk refleksi yang lebih dalam atas penyebab krisis ekonomi yang memengaruhi dunia beberapa tahun belakangan, Saya ingin mengajukan beberapa pertimbangan dengan harapan bahwa pertimbangan-pertimbangan ini akan memperkaya diskusi yang terjadi dalam Forum, dan memberikan kontribusi yang berguna bagi karyanya yang penting.

Zaman kita adalah zaman ketika perubahan-perubahan mencolok dan kemajuan-kemajuan yang signifikan di berbagai bidang memilki konsekuensi yang penting bagi hidup kemanusiaan. Nyatanya, 'kita harus memuji langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam berbagai bidang seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan komunikasi' (Evangelii Gaudium, 52), ditambah pula berbagai bidang aktivitas kemanusiaan lainnya, dan kita harus mengakui peran fundamental yang dimiliki aktivitas bisnis terhadap perubuahan-perubahan ini, dengan menstimulasi dan membangun sumber daya intelegensi manusia yang berlimpah. Selain itu, sukses yang telah diraih, bahkan apabila hal itu telah mengurangi kemiskinan bagi sejumlah besar orang, seringkali mengarah pada eksklusi sosial yang meluas. memang, kebanyakan pria dan perempuan pada zaman kita terus mengalami  ketidakamanan dalam hidup sehari-hari, yang seringkali disertai konsekuensi-konsekuensi yang dramatis.

Dalam konteks pertemuan Anda, saya ingin menekankan kepentingan yang dimiliki berbagai sektor politik dan ekonomi dalam memajukan pendekatan inklusif dalam pertimbangan martabat setiap manusia dan kesejahteraan umum. Saya merujuk pada kepedulian yang seharusnya membentuk setiap keputusan politik dan ekonomi,  namun seringkali tidak sedikit terpikirkan belakangan. Pekerjaan dalam bidang-bidang ini  memiliki tanggung jawab tersendiri kepada sesama, terutama mereka yang terpinggirkan, lemah dan rapuh. Adalah tidak dapat ditoleransi bahwa ribuan orang mati setiap harinya karena kelaparan, bahkan ketika jumlah makanan pokok tersedia, dan seringkali disia-siakan. Pun, kita tidak dapat tidak tergerak oleh banyak pengungsi yang mencari kondisi hidup yang lebih sedikit bermartabat, yang tidak hanya gagal untuk menemukan hospitalitas, namun seringkali, secara tragis, meregang nyawa ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Saya tahu bahwa kata-kata ini tajam, dan bahkan dramatis, namun kata-kata ini bertujuan untuk mengafirmasi dan menantang kemampuan sidang ini untuk membuat perubahan. Nyatanya, mereka yang menunjukkan tindakan inovatif dan menaikkan derajat hidup banyak orang melalui keahlian merka yang tulus namun profesional, dapat berkontribusi lebih jauh dengan menempatkan keterampilan mereka demi pelayanan bagi mereka yang masih hidup dalam kemiskinan yang parah."

Apa yang dibutuhkan adalah sebuah rasa tanggung jawab yang terbarukan, mendalam, dan lebih luas di setiap bagian. 'Bisnis -nyatanya - merupakan sebuah panggilan, sebuah panggilan yang mulia mengandaikan bahwa semua yang terlibat di dalamnya melihat diri mereka sendiri ditantang oleh makna hidup yang lebih agung' (Evangelii Gaudium, 203). Pria dan perempuan demikian mampu melayani lebih efektif bagi kesejahteraan umum dan membuat benda-benda duniawi lebih terakses bagi semua. Selain itu, pertumbuhan kesetaraan menuntut sesuratu yang lebih dari sekadar pertumbuhan ekononomi, walaupun hal tersebut juga diandaikan di dalamnya.  Pertumbuhan kesetaraan membutuhkan keputusan, mekanisme, dan proses yang diarahkan bagi distribusi kesejahteraan yang lebih baik, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan (taraf hidup) orang miskin yang melampaui mentalitas kesejahteraan belaka.

Saya yakin bahwa dari keterbukaan kepada yang transenden, sebuah mentalitas politik dan bisnis yang baru dapat mewujud, manusia mampu untuk memandu semua aktivitas ekonomi dan finansial dalam cakrawala pendekatan etis yang sungguh-sungguh manusiawi. Komunitas bisnis internasional dapat mencakup banyak pria dan perempuan yang memiliki kejujuran dan integritas, yang karyanya dinspirasi dan dituntun oleh cita-cita tinggi akan keadilan, kemurahan hati dan kepedulian akan pembangunan otentik keluarga umat manusia. Saya mendorong Anda untuk mengambil sumber daya manusia dan moral yang besar ini dan untuk mengambil tantangan ini dengan tekad dan pandangan jauh ke depan. Tentu saja tanpa mengabaikan, prasyarat sains dan profesional yang dibutuhkan dalam setiap konteks, saya meminta anda untuk memastikan bahwa manusia dilayani oleh kesejahteraan dan bukan diatur olehnya. 

Bapak Presiden dan para sahabat, saya berharap agar Anda dapat melihat dalam kata-kata yang singkat ini, tanda kepedulian pastoral saya dan kontribusi yang konstruktif untuk membantu aktivitas Anda agar lebih mulia dan berbuah. Saya sampaikan harapan saya untuk pertemuan yang sukses, dan saya menyertakan berkat ilahi atas Anda dan peserta Forum, dan juga semua keluarga Anda, serta karya-karya Anda."

Sumber:
http://visnews-en.blogspot.com/2014/01/popes-message-for-world-economic-forum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar