Senin, 27 Januari 2014

AS Peringati 30 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Takhta Suci


Uskup Agung Dominique Mamberti dan Duta Besar AS untuk Takhta Suci, Ken Hackett
Pada peringatan 30 tahun Kedutaan AS untuk Takhta Suci (23 Januari 2014), Kepala Perwakilan yang baru dilantik, Ken Hackett memuji banyaknya buah yang didapat dari hubungan kedua pihak, ia pun menyatakan harapannya akan buah yang lebih berlimpah. 

"Hubungan yang telah terjalin di antara pemerintahan kami dan Takhta Suci pada periode tersebut merupakan hal yang luar biasa," ungkap Hackett dalam sebuah jamuan kehormatan. 
 
"Lihatlah apa yang terjadi pada peristiwa runtuhnya Tembok Berlin, lihatlah pada kolaborasi asistensi kemanusiaan, isu-isu seperti trafficking, dan sekarang di bawah Paus Fransiskus, isu-isu perdamaian yang lebih luas," kata sang duta besar. 
 
"Jadi, kami berharap akan hanya ada pertumbuhan, dan lebih banyak kesempatan untuk berkolaborasi dan bekerja sama. Pada awalnya disetujui oleh Presiden Ronald Reagen dan Beato Paus Yohanes Paulus II pada 10 Januari 1984, kantor Kedutaan Besar AS untuk Takhta Suci yang pertama dibuka pada tanggal 9 April 1984 dengan William A. Wilson sebagai Kepala Perwakilan yang pertama. 

Dalam sambutannya untuk peringatan tersebut, Duta Besar Hackett menyoroti bahwa walaupun kedutaan besar baru berusia 30 tahun, namun hubungan AS dengan Vatikan sudah ada sejak awal negara ketika Paus Pius VII menugaskan seorang Yesuit bernama John Carroll sebagai "Superior Misi untuk Tiga Belas Negara".
 
Setelah Presiden AS yang pertama, George Washington, setuju agar Paus menunjuk para uskup bagi negara baru itu, John Carroll menjadi uskup pertama yang pernah ditunjuk untuk AS.

Sambil menunjuk pada pameran panel foto dan komentar rinci  tentang hubungan diplomatik kedua negara yang ditampilkan di resepsi tersebut, Duta Besar berkata bahwa hubungan antara AS dan Takhta Suci selama ini "kuat dan positif". 

"Ini adalah kisah jalinan kerja sama pada abad terakhir dalam cakupan isu global penting yang luas."

Pentingnya hubungan ini, catatnya, "ditegaskan baru-baru ini oleh kunjungan Sekretaris Negara AS,  John Kerry ke Vatikan untuk bertemu dengan Uskup Agung Parolin," dan Hackett berkata bahwa ia berharap hubungan tersebut dapat diperkuat dengan kunjungan Presiden Obama pada bulan Maret mendatang.

"Ide-ide saya, dalam seluruh hidup saya dengan banyak cara, selaras dengan Paus Fransiskus dan apa yang beliau katakan, khususnya kepedulian kepausan terhadap orang-orang yang terpinggirkan dan diasingkan," kata Duta Besar Hackett -- yang kemudian menambahkan bahwa isu-isu itulah yang agaknya menjadi sorotan pada pertemuan bulan Maret antara Paus dan Presiden Obama. 
 
"Saya rasa hal-hal itulah (yang akan menjadi sorotan)," kata Hackett memastikan, "mengingat kepedulian Presiden terhadap orang-orang yang berkesusahan."

"Kaum migran, dan tuna wisma, dan apa yang kami diskusikan hari-hari ini di AS, menaikan upah minimum...Yang saya maksud, kita harus melakukan hal ini. Orang-orang bekerja empat puluh bahkan lima puluh jam seminggu dan tidak mampu untuk menafkahi keluarga mereka," jelasnya. 

Walaupun pertemuan utamanya akan menjadi  "kesempatan (dalam sebuah) hubungan, di mana Presiden Obama dan Paus Fransiskus benar-benar dapat berkomunikasi pada tingkat personal', Duta Besar Hackett menyebutnya "momen istimewa", dan itu "saya yakin akan berarti banyak bagi Presiden Obama."

Sumber:
http://vassallomalta.wordpress.com/2014/01/25/us-celebrates-30-years-of-diplomacy-with-the-vatican/#more-24126


Tidak ada komentar:

Posting Komentar