Jumat, 24 Oktober 2014

Intervensi Takhta Suci dalam Debat Terbuka PBB menyoal Situasi TImur Tengah (21/10/2014)





Intervensi Y.M. Uskup Agung Bernadito Auza


Nuncio Apostolik, Pengamat Tetap Takhta Suci untuk PBB
pada Debat Terbuka Dewan Keamanan mengenai
Situasi di Timur Tengah termasuk Soal Palestina
(New York, 21 Oktober 2014)


#Terjemahan tidak resmi

Ibu Presiden,

Delegasi saya mengucapkan selamat pada Anda atas keketuaan Argentina dalam Dewan Kemanan bulan ini, dan memberikan penghargaan terhadap diselenggarakannya debat terbuka  mengenai “Situasi di Timur Tengah termasuk Soal Palestina” ini.

Takhta Suci selalu mengikuti situasi di Timur Tengah dengan minat dan kepedulian yang besar. Takhta Suci selalu memohon adanya negosiasi-negosiasi dan dialog di antara pihak-pihak yang terlibat.  Takhta Suci selalu mencoba melakukan segalanya untuk menolong korban kekerasan.

Mengingat situasi yang memburuk dengan cepat di kawasan beberapa bulan belakangan, Paus Fransiskus telah mengintensifkan upaya-upaya Beliau untuk mendorong adanya negosiasi-negosiasi dan menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional dan HAM. Selama pekan pertama bulan ini, Paus memanggil ke Vatikan, para Nuncio Apostolik (Duta Besar Kepausan) untuk negara-negara Timur Tengah, para Pengamat Tetap untuk Organisasi Internasional dan pejabat-pejabat tingkat tinggi di Vatikan untuk mendiskusikan isu yang sama. Sebagai  tindak lanjut pertemuan-pertemuan tersebut, Takhta Suci menegaskan kembali pendiriannya bahwa perdamaian di Timur Tengah hanya dapat dicari melalui penyelesaian negosiasi dan bukan melalui pilihan-pilihan unilateral yang diterapkan dengan kekuatan senjata.

  1. Menyangkut soal Israel-Palestina, Takhta Suci menegaskan kembali dukungannya bagi solusi dua negara. Isarel dan Palestina, dengan dukungan kuat badan-badan PBB yang berkompeten dan seluruh komunitas internasional, harus bekerja mencapai tujuan akhir, yaitu realisasi hak rakyat Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri, berdaulat, dan merdeka, dan hak rakyat Israel akan perdamaian dan keamanan. Paus Fransiskus juga memastikan kembali hal ini dalam kunjungan Beliau ke Timur Tengah pada bulan Mei yang lalu: “Saatnya telah tiba bagi semua orang untuk menemukan (...) keberanian untuk mengusahakan perdamaian yang berdasar pada pengakuan hak kedua negara untuk eksis dan hidup dalam perdamaian dan keamanan di dalam batas-batas yang diakui secara inetrnasional.”  (1) 
  2.  Menyangkut soal situasi mengerikan di Syria, Takhta Suci menyerukan dengan mendesak agar semua pihak menghentikan kekerasan masif terhadap hukum kemanusiaan internasional dan HAM, dan agar komunitas internasional membantu pihak-pihak tersebut menemukan sebuah solusi. Tidak ada cara lain untuk mengangkat dan mengakhiri penderitaan tak terkatakan yang dialami seluruh negeri, di mana setengah populasinya membutuhkan pendampingan kemanusiaan dan sekitar dua pertiganya terusir dari sana. 
  3. Menyangkut soal Lebanon, Takhta Suci menyerukan solidaritas internasional, pada saat ini di mana negara tersebut mengalami dampak hebat krisis Syria dan oleh kehadiran pengungsi yang masif, agar mendorong Lebanon menemukan sebuah solusi secepat mungkin atas kekosongan jabatan presiden republik. Takhta Suci menegaskan kembali dukungannya bagi Lebanon yang berdaulat dan bebas. Lebanon adalah sebuah “pesan”, sebuah “tanda” harapan akan ko-ekistensi beragam kelompok yang membentuknya. 
  4.  Menyangkut soal kekerasan dan penyalahgunaan berat yang dilakukan oleh mereka yang dinamakan “Negara Islam” di Irak dan Syria, badan-badan PBB yang berkompeten harus bertindak guna mencegah kemungkinan genosida yang baru serta mendampingi pengungsi yang jumlahnya meningkat. Takhta Suci memohon secara khusus bagi perlindungan kelompok etnis pribumi dan kelompok agama. Takhta Suci mendesak rasa hormat terhadap hak komunitas-komunitas ini, dan bagi semua orang yang terusir agar kembali ke rumah mereka serta hidup dengan bermartabat dan aman 
  5. Takhta Suci berharap agar PBB mengambil fenomena terorisme internasional yang meningkat dan kejam, sebagai sebuah kesempatan untuk segera memperkuat kerangka yuridis internasional dalam hal aplikasi multilateral terhdap tanggung jawab untuk melindungi manusia dari genosida, kejahatan perang, pemusnahan etnis, tindak kriminal terhadap kemanusiaan dan segala bentuk agresi yang tidak berkeadilan. Dengan hikmah yang dipetik dari kegagalan kita untuk menghentikan kengerian genosida belakangan ini dan dihadapkan dengan pelanggaran terhadap HAM yang terang-terangan dan masif, serta pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional, sekarang waktunya untuk mengambil keputusan yang berani. 
  6. Akhirnya, Takhta Suci menegaskan kembali seruannya kepada semua pemimpin agama di kawasan dan di manapun di dunia untuk mengambil peran kepemimpinan yang memajukan dialog antaragama dan antarbudaya, dengan segera meninggalkan setiap penggunaan agama untuk membenarkan kekerasan, dan mendidik semua orang untuk saling memahami dan saling menghormati.


 Ibu Presiden, saya ingin mengakhiri ini dengan mengutip kata-kata Paus Fransiskus selama pertemuan  Beliau kemarin dengan para Kardinal: “Situasi (Timur Tengah) yang tidak adil ini selain membutuhkan doa kita yang tak putus, juga membutuhkan respon yang memadai dari komunitas internasional.”

Terima kasih, Ibu Presiden.


 1. Paus Fransiskus, Pertemuan dengan Otoritas Palestina, Bethlehem, 25 Mei 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar