Kamis, 06 November 2014

Pernyataan Takhta Suci tentang Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi (28/10/2014)




Pernyataan Y.M. Uskup Agung Bernadito Auza
Pengamat Tetap Takhta Suci untuk PBB 
pada Komisi Kedua Sesi ke-69 Sidang Umum PBB
Agenda Item 25: Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi
New York, 28 Oktober 2014


#Teremahan tidak resmi

Bapak Ketua Sidang,
Datang berkumpul untuk mendiskusikan pengembangan pertanian, ketahanan pangan, dan nutrisi adalah bukan dan seharusnya bukan menjadi sebuah rutinitas tugas tahunan, melainkan menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk menggemakan tangisan ratusan dari jutaan orang di seluruh dunia yang menderita kelaparan kronis dan kelemahan pangan. Seharusnya juga mengingatkan kita akan paradoks bahwa sementara begitu banyak yang meninggal karena kelaparan, suatu jumlah pangan yang luar biasa disia-siakan setiap hari.
Menurut laporan Sekretaris Jenderal mengenai Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi(A/69/279), sejak 1990 telah ada penurunan jumlah orang yang menderita kelaparan kronis sebanyak 17%. Sementara penurunan ini mengindikasikan sebuah langkah efektif dari upaya-upaya selama lebih dari dua dekade dalam mengurangi kelaparan kronis, hal ini juga berarti bahwa kita masih memiliki hampir 850 juta orang yang menderita kelaparan akut. Angka ini saja sendiri sudah mengejutkan, tetapi apa yang lebih mengejutkan kita adalah fakta di balik angka-angka itu adalah orang-orang nyata, dengan martabat dan hak-hak dasar mereka. Maka dari itu penghapusan kelaparan bukan hanya priotitas utama tujuan pembangunan, namun merupakan desakan moral.
Namun demikian, bukanlah kekurangan pangan di dunia yang membuat mereka menderita kelaparan akut, karena tingkat produksi pangan dunia saat ini adalah cukup bagi semua orang. Masalahnya ada di mana-mana, seperti kurangnya konservasi teknologi di pihak produsen skala kecil, lemahnya atau tidak adanya dukungn pemerintah untuk member insentif bagi komersialisasi produk, ataupun kurangnya infrastruktur bagi distribusi pangan dan pemasaran yang lebih baik. Yang tak kalah menyedihkan, paradoks ini juga akibat dari budaya buang dalam masyarakat, penghacuran produk pangan secara semena-mena dalam skala besar demi menjaga harga dan margin profit tetap tinggi, serta kebijakan-kebijakan lain yang menghalangi tujuan bersama ketahanan pangan bagi semua.
Beban biaya manusia dan sosio-ekonomi dari kelaparan dan malnutrisi adalah luar biasa besar. Seharusnya tidak ada prioritas yang lebih besar dari ini, karena makanan dan nutrisi mengatasi semua yang lain, entah itu kesehatan, pendidikan, pemeliharaan perdamaian ataupun dinikmatinya hak-hak. Sementara kita membarui upaya-upaya kita untuk menghapuskan kelaparan dan malnutrisi di dunia, segenap “Keluarga Perserikatan Bangsa-bangsa” harus mengusungnya, meletakkannya di garda depan upaya-upaya kolektif. Untuk  alasan inilah Takhta Suci menyambut baik inkorporasi ketahanan pangan, nutrisi, dan pertanian yang berkelanjutan, sebagai komponen-komponen tujuan pembangunan berkelanjutan dan pencantumannya dalam Agenda Pembangunan pasca 2015.
Bersama ini juga, Takhta Suci menyambut baik fokus yang diarahkan dalam laporan Sekretaris Jenderal Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi (A/69/279) kepada kawasan-kawasan di dunia di mana kelaparan dan malnutrisi mencapai tingkat yang tidak bisa diterima. Takhta Suci menghargai fokus laporan terhadap kelompok-kelompok yang paling rentan akan malnutrisi, seperti perempuan hamil dan anak-anak di bawah lima belas tahun. Malnutrisi kronis dan nutrisi rendah terrus menerus memengaruhi begitu banyak anak-anak di dunia. Nyatanya, setiap tahun 51 juta anak di bawah lima belas tahun disia-siakan akibat malnutrisi, yang mana hampir tujuh juta di antaranya meninggal. Laporan Sekretaris Jenderal dengan demikian memperingatkan kita akan adanya tantangan-tantangan yang luar biasa ke depan.
Bapak Ketua Sidang,
Tema Hari Pangan Sedunia tahun ini adalah “Pertanian Keluarga: Memberi Makanan bagi Dunia, Merawat Bumi” (Family Farming: feeding the world, caring for the earth) menyadarkan kita bahwa keluarga adalah kunci dalam perjuangan mengakhiri kelaparan. Keluarga memainkan peranan kunci dalam mencapai masa depan berkelajutan yang kita inginkan. Keluarga merupakan komponen kunci sistem pangan yang kita butuhkan mencapai hidup yang lebih sehat.  Kehadiran keluarga yang membumi menjadikannya agen khusus bagi peningkatan lingkungan hidup yang lebih sehat bagi generasi saat ini dan mendatang. Pengakuan peran keluarga ini harus disertai dengan kebijakan-kebijakandan inisiatif-inisiatif yang sungguh-sungguh merespon kebutuhan akan keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas yang bertani.  

Bapak Ketua Sidang,
Sebagai penutup, izinkan saya meminta perhatian Anda untuk konferensi internasional bulan depan mengenai nutrisi di Roma. Tujuannya adalah agar para pemimpin pemerintahan, pembuat kebijakan pada tingkat atas, dan perwakilan-perwakilan organisasi non-pemerintah, serta masyarakat sipil, duduk bersama untuk ambil bagian dalam kemajuan yang dibuat dalam peningkatan nutrisi dan untuk melihat cara-cara baru untuk meningkatkan upaya-upaya nasional dan globalbagi peningkatan kesehatan. Paus Fransiskus berencana untuk menyampaikan sambutan kepada konferensi untuk mengungkapkan komitmen Beliau bagi masa depan yang kita inginkan, sebuah masa depan yang dimulai dari pemecahan masalah bersama demi menjamin tak seorang pun pergi tidur dalam keadaan lapar. 

Terima kasih, Bapak Ketua Sidang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar