Pernyataan
Y.M. Uskup Agung Bernadito Auza
Pengamat
Tetap Takhta Suci untuk PBB
pada
Komisi Kedua Sesi ke-69 Sidang Umum PBB
Agenda Item 25: Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi
New York, 28 Oktober 2014
#Teremahan tidak
resmi
Bapak Ketua Sidang,
Datang berkumpul
untuk mendiskusikan pengembangan pertanian, ketahanan pangan, dan nutrisi
adalah bukan dan seharusnya bukan menjadi sebuah rutinitas tugas tahunan,
melainkan menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk menggemakan tangisan
ratusan dari jutaan orang di seluruh dunia yang menderita kelaparan kronis dan
kelemahan pangan. Seharusnya juga mengingatkan kita akan paradoks bahwa
sementara begitu banyak yang meninggal karena kelaparan, suatu jumlah pangan
yang luar biasa disia-siakan setiap hari.
Menurut laporan
Sekretaris Jenderal mengenai Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan
Nutrisi(A/69/279), sejak 1990 telah ada penurunan jumlah orang
yang menderita kelaparan kronis sebanyak 17%.
Sementara penurunan ini mengindikasikan sebuah langkah efektif dari
upaya-upaya selama lebih dari dua dekade dalam mengurangi kelaparan kronis,
hal ini juga berarti bahwa kita masih memiliki hampir 850 juta orang yang
menderita kelaparan akut. Angka ini saja sendiri sudah mengejutkan, tetapi
apa yang lebih mengejutkan kita adalah fakta di balik angka-angka itu adalah
orang-orang nyata, dengan martabat dan hak-hak dasar mereka. Maka dari itu penghapusan
kelaparan bukan hanya priotitas utama tujuan pembangunan, namun merupakan
desakan moral.
Namun demikian,
bukanlah kekurangan pangan di dunia yang membuat mereka menderita kelaparan
akut, karena tingkat produksi pangan dunia saat ini adalah cukup bagi semua
orang. Masalahnya ada di mana-mana, seperti kurangnya konservasi teknologi di
pihak produsen skala kecil, lemahnya atau tidak adanya dukungn pemerintah
untuk member insentif bagi komersialisasi produk, ataupun kurangnya infrastruktur
bagi distribusi pangan dan pemasaran yang lebih baik. Yang tak kalah
menyedihkan, paradoks ini juga akibat dari budaya buang dalam masyarakat, penghacuran
produk pangan secara semena-mena dalam skala besar demi menjaga harga dan
margin profit tetap tinggi, serta kebijakan-kebijakan lain yang menghalangi
tujuan bersama ketahanan pangan bagi semua.
Beban biaya manusia
dan sosio-ekonomi dari kelaparan dan malnutrisi adalah luar biasa besar.
Seharusnya tidak ada prioritas yang lebih besar dari ini, karena makanan dan
nutrisi mengatasi semua yang lain, entah itu kesehatan, pendidikan,
pemeliharaan perdamaian ataupun dinikmatinya hak-hak. Sementara kita membarui upaya-upaya
kita untuk menghapuskan kelaparan dan malnutrisi di dunia, segenap “Keluarga Perserikatan Bangsa-bangsa”
harus mengusungnya, meletakkannya di garda depan upaya-upaya kolektif.
Untuk alasan inilah Takhta Suci
menyambut baik inkorporasi ketahanan pangan, nutrisi, dan pertanian yang berkelanjutan,
sebagai komponen-komponen tujuan pembangunan berkelanjutan dan pencantumannya
dalam Agenda Pembangunan pasca 2015.
Bersama ini
juga, Takhta Suci menyambut baik fokus yang diarahkan dalam laporan
Sekretaris Jenderal Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi (A/69/279)
kepada kawasan-kawasan di dunia di mana kelaparan dan malnutrisi mencapai
tingkat yang tidak bisa diterima. Takhta Suci menghargai fokus laporan
terhadap kelompok-kelompok yang paling rentan akan malnutrisi, seperti
perempuan hamil dan anak-anak di bawah lima belas tahun. Malnutrisi kronis
dan nutrisi rendah terrus menerus memengaruhi begitu banyak anak-anak di
dunia. Nyatanya, setiap tahun 51 juta anak di bawah lima belas tahun
disia-siakan akibat malnutrisi, yang mana hampir tujuh juta di antaranya
meninggal. Laporan Sekretaris Jenderal dengan demikian memperingatkan kita
akan adanya tantangan-tantangan yang luar biasa ke depan.
Bapak Ketua
Sidang,
Tema Hari Pangan
Sedunia tahun ini adalah “Pertanian Keluarga: Memberi Makanan bagi Dunia,
Merawat Bumi” (Family Farming: feeding the world, caring for the earth) menyadarkan kita bahwa keluarga adalah kunci
dalam perjuangan mengakhiri kelaparan. Keluarga memainkan peranan kunci dalam
mencapai masa depan berkelajutan yang kita inginkan. Keluarga merupakan
komponen kunci sistem pangan yang kita butuhkan mencapai hidup yang lebih
sehat. Kehadiran keluarga yang membumi
menjadikannya agen khusus bagi peningkatan lingkungan hidup yang lebih sehat
bagi generasi saat ini dan mendatang. Pengakuan peran keluarga ini harus
disertai dengan kebijakan-kebijakandan inisiatif-inisiatif yang
sungguh-sungguh merespon kebutuhan akan keluarga-keluarga dan
komunitas-komunitas yang bertani.
Bapak Ketua
Sidang,
Sebagai penutup,
izinkan saya meminta perhatian Anda untuk konferensi internasional bulan
depan mengenai nutrisi di Roma. Tujuannya adalah agar para pemimpin
pemerintahan, pembuat kebijakan pada tingkat atas, dan perwakilan-perwakilan
organisasi non-pemerintah, serta masyarakat sipil, duduk bersama untuk ambil
bagian dalam kemajuan yang dibuat dalam peningkatan nutrisi dan untuk melihat
cara-cara baru untuk meningkatkan upaya-upaya nasional dan globalbagi
peningkatan kesehatan. Paus Fransiskus berencana untuk menyampaikan sambutan
kepada konferensi untuk mengungkapkan komitmen Beliau bagi masa depan yang
kita inginkan, sebuah masa depan yang dimulai dari pemecahan masalah bersama
demi menjamin tak seorang pun pergi tidur dalam keadaan lapar.
Terima kasih,
Bapak Ketua Sidang.
|
Pro Christo ergo legatione fungimur! Kami ini adalah utusan-utusan Kristus! --2 Kor 5:20-- #sebuah blog tentang diplomasi Takhta Suci
Laman
- Beranda
- Tujuan Blog, Sumber Dokumen, Hak Cipta Terjemahan
- Orang Kudus Favoritku
- Takhta Suci dalam Dunia Internasional
- Lagu Pontifikal Takhta Suci
- Definisi dan Sasaran Umum Diplomasi Takhta Suci
- Empat Aktor Diplomatik Takhta Suci
- Pesan Paus Bagi Diplomat Takhta Suci
- Audiensi Tahunan Paus kepada Korps Diplomatik untuk Takhta Suci
- Fungsi dan Lingkup Diplomatik dalam Gereja Katolik
- Praktik Takhta Suci dalam hal Pembuatan dan Pemberlakuan Kesepakatan Diplomatik (Diplomatic Agreement)
- Takhta Suci Hingga Akhir Abad Pertengahan
- Takhta Suci Pasca Reformasi
- Takhta Suci Jelang Perjanjian Lateran 1929
- Takhta Suci - RRT : Berawal dari Modernisasi dan Mateo Ricci
- Takhta Suci - RRT: Jelang dan Pasca Politik Pintu Terbuka
- Takhta Suci - RRT- Republik Tiongkok (Taiwan)
- Ordo Malta: Subyek Hukum Internasional Katolik selain Takhta Suci yang Menjalin Hubungan Diplomatik
Kamis, 06 November 2014
Pernyataan Takhta Suci tentang Pengembangan Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Nutrisi (28/10/2014)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar