Transkrip ini berdasarkan terjemahan Inggris wawancara dengan Paus
Fransiskus dengan harian "Corriere della Sera".
Bapa Suci, sesekali Anda menelepon mereka yang meminta bantuan Anda.
Terkadang mereka tidak memercayai Anda.
Ya, hal itu terjadi. Ketika seorang menelepon, itu adalah karena ia ingin
bicara, ingin bertanya, ingin meminta nasihat. Sebagai imam di Buenos Aires
dahulu lebih sederhana. Dan, itu menjadi kebiasaan saya. Sebuah pelayanan, saya
merasakannya dalam hati saya. Tentu saja, sekarang hal itu tidak mudah lagi
mengingat jumlah orang yang menulis ke saya.
Dan, apakah ada kontak, sebuah perjumpaan yang Anda ingat dengan
perasaan kasih sayang tertentu?
Seorang janda berusia 80 tahun yang kehilangan anaknya. Ia mengirimi saya
surat. Dan sekarang, saya meneleponnya tiap bulan. Ia senang. Saya seorang
imam. Saya menyukai hal itu.
Hubungan dengan pendahulu Anda. Apakah Anda pernah meminta nasihat
Benediktus XVI?
Ya. Paus Emeritus bukanlah patung dalam museum. Paus Emeritus merupakan
sebuah institusi. Kita tidak terbiasa dengan hal itu. Enam atau tujuh puluh
tahun yang lalu, "Uskup Emeritus" belum dikenal. Baru ada setelah
Konsili (Vatikan II). Hari ini, itu merupakan sebuah institusi. Hal yang sama
juga terjadi dengan Paus Emeritus. Benediktus adalah yang pertama dan mungkin
akan ada yang lainnya. Kita tidak tahu. Ia seorang yang hati-hati dalam bicara
(discreet), rendah hati, dan tidak ingin mengganggu. Kami telah membicarakannya
dan kami memutuskan bersama bahwa adalah lebih baik jika ia melihat umat,
keluar dan berpartisipasi dalam hidup menggereja. Ia pernah datang kemari untuk
pemberkatan patung Malaikat Agung St.Mikael, dan kemudian santap siang di Santa
Marta, dan setelah Natal, saya mengirimkannya undangan untuk berpatisipasi
dalam konsistori dan ia menerimanya. Kebijaksanaannya merupakan karunia
dari Allah. Beberapa pernah berharap agar ia mengundurkan diri ke sebuah biara
Benediktin yang jauh dari Vatikan. Saya terpikir para kakek-nenek dan
kebijaksanaan mereka. Nasihat mereka memberikan kekuatan bagi keluarga dan
tidak sepatutnya mereka ditempatkan di panti jompo.
Cara Anda memimpin Gereja nampaknya seperti ini: Anda mendengarkan
setiap orang dan memutuskan sendiri. Sedikit seperti pimpinan Yesuit. Apakah seorang
Paus seorang (pejuang) mandiri (a lone man)?
Ya dan tidak. Saya mengerti apa yang ingin Anda katakan. Paus tidaklah
sendirian dalam tugasnya karena ia didampingi dan diberikan pertimbangan oleh
banyak orang. Dan, ia akan menjadi seorang yang (berjuang) sendirian jika ia
memutuskan tanpa mendengarkan, atau enggan untuk mendengarkan. Namun, ada
saatnya ketika memutuskan, membubuhkan tanda tangan, yang dilakukannya seorang
diri dengan tanggung jawabnya.
Anda telah melakukan inovasi, mengkritik beberapa sikap imam,
mengguncangkan Kuria. Ada yang resisten, dan beberapa melawan. Apakah Gereja
telah berubah seperti apa yang Anda dambakan setahun lalu?
Maret tahun lalu, saya tidak mempunyai proyek untuk mengubah Gereja. Saya
tidak menyangka, katakanlah misalnya, transfer diosesan. Saya mulai memimpin
dengan menjalankan apa yang telah muncul dalam debat antarkardinal dalam
berbagai kongregasi. Dalam bertindak, saya menunggu Tuhan menginspirasi
saya. Saya beri Anda contoh. Kami telah membicarakan reksa rohani mereka yang
bekerja di Kuria, dan mereka mulai melakukan retret rohani. Kami perlu untuk
mementingkan latihan rohani tahunan. Setiap orang berhak menghabiskan waktu
selama lima hari dalam keheningan dan meditasi, di mana sebelumya, dalam Kuria,
mereka menghadiri tiga perbincangan dalam sehari dan kemudian beberapa kembali
bekerja.
Kelemahlembutan dan belas kasih merupakan esensi akan pesan pastoral
Anda...
Dan juga akan Injil. Hal tersebut merupakan pusat dari Injil. Lain dari itu,
kita tidak dapat mengerti Yesus Kristus, kelemahlembutan Bapa yang mengutus-Nya
untuk mendengarkan, menyembuhkan, dan menyelamatkan kita.
Tapi apakah pesan ini telah dimengerti? Anda telah berkata bahwa
para penggila Fransiskus tidak akan bertahan lama. Apakah ada sesuatu dalam
gambaran publik Anda yang tidak Anda suka?
Saya suka berada di antara umat. Bersama dengan mereka yang menderita.
Mengunjungi paroki-paroki. Saya tidak suka penafsiran ideologis, sebuah
"mitos tentang Paus Fransiskus". Ketika misalnya, ia keluar
berjalan-jalan di Vatikan pada malam hari dan memberi makan tuna wisma di Via
Ottaviano. Hal tersebut tidak pernah terpikirkan oleh saya. Jika saya tidak
salah, Sigmund Freud berkata bahwa dalam setiap idealisasi ada sebuah
agresi. Menggambarkan Paus sebagai semacam superman, seorang bintang, agaknya
menyinggung saya. Seorang Paus adalah seorang pria yang tertawa, menangis,
tidur dengan tenang, dan memiliki teman-teman seperti setiap orang. Seorang
yang normal.
Apa anda memiliki nostalgia dengan Argentina?
Sebenarnya saya tidak memiliki nostalgia. Saya ingin pergi dan menjenguk
saudari saya, yang sakit, ia adalah bungsu dari kami lima bersaudara. Saya
ingin mengunjunginya, tapi ini tidak menjadikan pembenaran akan sebuah
perjalanan ke Argentina. Saya meneleponnya dan itu sudah cukup. Saya tidak
berpikir untuk pergi ke sana sebelum 2016, karena saya sudah ke Amerika Latin,
ke Rio. Sekarang saya harus pergi ke Tanah Suci, ke Asia, dan kemudian ke
Afrika.
Anda baru memperbaharui paspor Argentina Anda, walaupun Anda seorang
pimpinan negara.
Saya memperbaharuinya karena masa berlakunya akan habis.
Apa Anda kecewa dengan tuduhan Marxisme, dari kebanyakan orang
Amerika, setelah terbitnya Evangelii Gaudium?
Tidak sama sekali. Saya tidak pernah membagikan ideologi Marxisme, karena
hal tersebut tidak benar, namun saya kenal banyak orang besar yang menganut
Marxisme.
Skandal yang mengguncangkan kehidupan Gereja untungnya terjadi di masa
lalu. Sebuah tuntutan publik ditujukan pada Anda, akan permasalahan pelik
mengenai penganiayaan anak-anak. yang diterbitkan oleh (harian Italia) Il
Foglio dan ditandatangani oleh Besancon dan Scruton, agar Anda
memperdengarkan suara Anda dan membuatnya didengar oleh fanatisme dan hati
nurani yang buruk dari dunia yang tersekularisasi yang tidak pernah menghormati
anak-anak.
Saya ingin mengatakan dua hal. Kasus penganiayaan adalah sangat buruk karena
meninggalkan luka yang dala. Benediktus XVI sangat berani dan ia telah merintis
sebuah jalan. Gereja telah melakukan banyak hal di jalan ini. Mungkin bahkan
lebih banyak dari siapapun. Statistik fenomena kekerasan terhadap anak adalah
mengejutkan, tapi itu juga menunjukkan dengan jelas bahwa mayoritas
penganiayaan terjadi dalam lingkungan keluarga dan sekitarnya. Gereja Katolik
mungkin adalah satu-satunya institusi publik yang bertindak transparan dan
penuh tanggung jawab. Tidak ada lainnya yang melakukan lebih (dari Gereja
Katolik). Dan , Gereja adalah satu-satunya yang diserang.
Bapa Suci, Anda berkata bahwa "kaum miskin menginjili
kita." Perhatian pada orang miskin, merupakan cap yang paling kuat dari
pesan pastoral Anda, dianggap oleh beberapa pengamat sebagai pengakuan akan
"pauperisme". Injil tidak mengutuk kekayaan. Zakheus seorang yang
kaya dan murah hati.
Injil mengutuk pemberhalaan kekayaan. "Pauperisme" merupakan salah
satu penafsiran kritis. Dalam abad pertengahan, ada banyak peristiwa
pauperistik. St.Fransiskus merupakan seorang jenius dalam menempatkan tema
kemiskinan dalan jalan injili. Yesus berkata bahwa kita tidak dapat mengabdi
dua tuan, Allah dan Kekayaan. Dan ketika kita dihakimi pada pengadilan terakhir
(Mat 25), kedekatan kita pada kemiskinan menjadi penting. Kemiskinan menjauhkan
kita dari pemberhalaan, membuka pintu-pintu Penyelenggaraan Ilahi. Zakheus
memberikan separuh dari kekayaannya kepada orang miskin. Dan kepada mereka,
yang menjaga gudangnya penuh oleh kegoisannya sendiri, pada akhirnya, Tuhan
akan menunjukkan padanya lembar tagihan. Saya telah dengan jelas mengungkapkan
apa yang saya pikirkan tentang kemiskinan dalam Evangelii Gaudium.
Anda telah mengindikasikan bahwa dalam globalisasi, khususnya dalam
hal keuangan, ada kejahatan-kejahatan yang menodai kemanusiaan. Tapi,
globalisasi telah merampok jutaan orang tanpa sadar. Memberikan harapan, suatu
perasaan yang langka, yang tidak bisa dikacaukan dengan optimisme.
Hal itu benar, globalisasi telah menyelamatkan banyak orang dari kemiskinan,
namun telah mengutuk banyak orang lain untuk mati dalam keadaan lapar, karena
sistem ekonomi emnjadi selektif. Globalisasi yang dipikirkan Gereja adalah
serupa dengan keadaan di mana setiap poin terletak dalam jarak yang sama dari
pusat dan di mana seseorangmengabaikan kekhasan sebuah bangsa, melainkan polyhedron,
dengan beragam wajah, di mana setiap orang berbicara dengan masing-masing
budaya, bahasa, agama, dan identitas mereka. Keadaan "spherical"
ekonomi saat ini, khususnya dalam hal keuangan, globalisasi menghasilkan
sebuah pemikiran tunggal, sebuah pemikiran yang lemah. Di pusat tidak ada lagi
pribadi manusia, hanya uang.
Tema keluarga merupakan pusat aktivitas Konsili delapan kardinal.
Sejak anjuran apostolik "Familiaris Consortio" yang dikeluarkan oleh
Yohanes Paulus II, banyak hal telah berubah. Dua sinode dijadwalkan. Berita
besar diharapkan. Anda telah berkata bagi mereka yang bercerai bahwa mereka
tidak semestinya dikutuk namun dibantu.
Hal itu merupakan sebuah jalan panjang yang harus diselesaikan oleh Gereja.
Sebuah proses yang dikehendaki Tuhan. Tiga bulan setelah keterpilihan saya,
tema-tema Sinode dihadapkan ke saya. Diusulkan kami membicarakan kontribusi
Yesus untuk manusia zaman sekarang. Namun akhirnya secara bertahap -- yang bagi
saya merupakan tanda kehendak Allah -- kami memilih untuk membicarakan
keluarga, yang sedang menuju krisis yang serius. Sulit untuk merumuskannya.
Beberapa orang muda menikah. Ada banyak keluarga yang tercerai berai di mana
proyek kesejahteraan bersama telah gagal. Anak-anak paling menderita. Kami
ingin memberikan tanggapan. Kami ingin mencegah tetap tinggal di permukaan.
Godaan untuk memecahkan setiap masalah secara kausistik merupakan kekeliruan,
sebuah penyederhanaan akan hal-hal yang mendalam, seperti yang dilakukan orang
Farisi, sebuah teologi yang sangat superfisial. Dalam terang refleksi yang
mendalam, kita akan mampu secara serius berhadapan dengan situasi-situais
tertentu, juga situasi mereka yang bercerai, dengan kedalamam pastoral.
Mengapa pidato Kardinal Walter Kasper selama konsistori terakhir
(sebuah jurang antara doktrin perkawinan dan keluarga dan kehidupan nyata
banyak orang Kristen), telah begitu memecahbelah para kardinal? Bagaimana Anda
berpikir bahwa Gereja dapat berjalan dengan lelah dua tahun belakangan hingga
sampai kepada konsensus yang besar dan tenang? Jika doktrinnya sudah kokoh,
mengapa perlu berdebat?
Kardinal Kasper menyajikan presentasi yang indah dan mendalam yang sebentar
lagi akan diterbitkan dalam bahasa Jerman, dan presentasi tersebut
mengkonfrontasikan loma poin, poin kelima adalah tentang pernikahan kedua. Saya
makah akan prihatin jika dalam konsistori tidak ada diskusi yang intens.
Presentasi tersebut tidak disajikan tanpa maksud. Para kardinal tahu bahwa
mereka dapat menyampaikan apa yang mereka inginkan, dan mereka menyajikan
banyak sudut pandang yang berbeda yang memperkaya. Perbandingan (yang dilakukan
dengan semangat) persaudaraan dan keterbukaan membuat pemikiran teologis dan
pastoral bertumbuh. Saya tidak takut akan hal ini, malah sebenarnya, saya
menginginkannya.
Belakangan ini, menjadi lazim untuk mengajukan apa yang
disebut "nilai-nilai yang tidak dapat ditawar", khususnya dalam bio
etik dan moralitas seksual. Anda tidak memilih langkah ini. Prinsip-prinsip
moral dan doktrinal tidak berubah. Apakah pilihan ini mungkin ingin menunjukkan
gaya mengurangi perseptif dan lebih menghormati nurani pribadi?
Saya tidak pernah mengerti ungkapan nilai-nilai yang tidak dapat ditawar.
Nilai adalah nilai, itu saja. Saya tidak dapat berkata begitu saja bahwa ada
satu diantaranya yang tidak lebih berguna dibanding yang lain. Di situlah saya
tidak mengerti dalam maksud apa mungkin ada nilai-nilai yang dapat ditawar.
Saya menulis dalam anjuran apostolik Evangelii Gaudium apa yang ingin saya
katakan dalam hal tema kehidupan.
Banyak negara yang telah meregulasi pernikahan sipil. Apakah itu
merupakan jalan yang dapat dipahami oleh Gereja? Tapi hingga pada taraf apa?
Perkawinan adalah antara pria dan wanita. Negara-negara sekular ingin
membenarkan pernikahan sipil untuk meregulasi berbagai situasi kohabitasi
(=tinggal bersama), ini didorong oleh permintaan untuk meregulasi aspek-aspek
ekonomi antarorang, seperti jaminan perawatan kesehatam. Itu mengenai pakta
kohabitasi dalam berbagai situasi, yang mana saya tidak tahu bagaimana mendaftarkan
berbagai caranya yang berbeda-beda. Kita harus melihat kasus-kasus yang berbeda
dan mengevaluasinya dalam keragaman mereka.
Bagaimana promosi peranan perempuan dalam Gereja?
Juga dalam hal ini, metode kasuistik tidak membantu. Adalah benar bahwa
perempuan dapat dan harus lebih hadir dalam banyak posisi pengambilan keputusan
dalam Gereja. Tapi hal ini lebih kepada promosi fungsional. Hanya dalam hal ini
dan jangan terlalu jauh. Kita harus berpikir bahwa Gereja memiliki kata sandang
"La" (kata sandang banyak dipakai dalam rumpun bahasa Eropa seperti
Italia, Perancis, Spanyol --ed) Gereja adalah dari asalnya adalah feminin.
Seorang teolog kawakan Hans Usrs von Balthasar menggali tema ini : Prinsip
Marian menuntun Gereja berdampingan dengan (prinsip) Petrin. Perawan Maria
lebih penting dari semua Uskup dan Rasul manapun. Pendalaman teologis sedang
dalam proses. Kardinal Rylko. dengan Dewan Awam, bekerja ke arah itu dengan
banyak ahli perempuan dalam bidang yang berbeda-beda.
Pada pertengahan abad sejak Humanae Vitae yang dikeluarkan Paulus
VI, mampukah Gereja mengangkat kembali tema kontrol kelahiran? Kardinal
Martini, konfrater Anda, berpikir bahwa saatnya telah tiba.
Semuanya tergantung pada bagaimana Humanae Vitae ditafsirkan. Paulus VI
sendiri, pada akhirnya, merekomendasikan para bapa pengakuan untuk lebih
berbelas kasih, dan memerhatikan situasi yang konkret. Namun pemikirannya
merupakan sesuatu yang profetis, ia berani memosisikan dirinya bertentangan
dengan kaum mayoritas, membela dispilin moral, menjalankan rem kultural,
menentang neo-Malthusianisme ketika itu dan pada masa depan. Pokoknya adalah
bukan mengubah doktrin tapi memperdalamnya dan membuat pelayanan pastoral
diperhitungkan dalam berbagai situasi dan apa yang mungkin dilakukan oleh
orang. Juga tentang ini, akan kami bicarakan melaui sinode.
Ilmu pengetahuan berevolusi dan mendesain kembali kehidupan. Apakah
masuk akal untuk memperpanjang kehidupan dalam keadaan vegetatif? Adakah suatu
kehidupan yang dapat menjadi solusi?
Saya bukan spesialis masalah bio-etik. Dan saya kuatir setiap perkataan saya
dapat keliru. Doktrin tradisoanl Gereja berkata bahwa tidak seorangpun
diwajibkan untuk menggunakan sarana luar biasa ketika diketahui bahwa mereka
ada dalam fase akhir. Dalam pelayanan pastoral saya, dalam kasus-kasus ini,
saya selalu menyarankan reksa palliatif. Dalam kasus-kasus yang lebih spesifik,
jika dperlukan, nasihat dari para spesialis.
Apakah perjalanan mendatang ke Tanah Suci akan menghasilkan
persetujuan interkomuni dengan Gereja Ortodoks, yang telah ditandatangani 50
tahun lalu oleh Paulus VI dan Athenagoras?
Kami semua tidak sabar akan hasil finalnya. Namun jalan kesatuan dengan
Ortodoks membutuhkan banyak berjalan dan bekerja bersama. Di Burnos Aires,
dalam kursus katekismus, beberapa Ortodoks datang. Saya melewatkan Natal dan 6
Januari dengan Uskup-uskup mereka, yang kadang-kadang meminta saran dari
pejbat-pejabat diosesan kami. Saya tidak tahu apakah adegan yang Anda bicarakan
dengan saya yaitu bahwa Athenagoras mengusulkan Paulus VI untuk berjalan
bersama dan mengirim semua teolog ke sebuah pulau untuk berdiskusi di antara
mereka, adalah benar. Saya bercanda, tapi adalah penting, untuk berjalan
bersama. Teologi Ortodoks sangat kaya, Dan saya percaya bahwa mereka memiliki
banyak teolog kawakan saat ini. Visi mereka akan Gereja dan sinodalitas adalah
luar biasa.
Dalam beberapa tahun ke depan, kekuatan terbesar di dunia adalah
Tiongkok, yang dengannya Vatikan tidak menjalin hubungan. Matteo Ricci adalah
seorang Yesuit seperti Anda.
Kami dekat dengan Tiongkok. Saya telah mengirim surat pada Presiden Xi
Jining ketika ia terpiluh, tiga hari setelah saya. Dan ia membalas saya. Ada
hubungan. Mereka adalah bangsa yang besar yang saya kasihi.
Mengapa Bapa Suci tidak pernah berbicara tentang Eropa? Apa yang
membuat Anda tidak yakin akan Eropa?
Apa Anda ingat kapan saya berbicara tentang Asia?Apa yang saya katakan? Saya
tidak pernah bicara tentang Asia, atau Afrika, atau Eropa. Hanya tentang
Amerika Latin ketika saya berada di Brazil dan ketika saya harus menerima
Komisi untuk Amerika Latin. Belum ada kesempatan untuk berbicara mengenai
Eropa. Kesempatan itu akan datang.
Apa buku yang Anda baca akhir-akhir ini?
"Peter and Magdalene" karangan Damiano Marzotto, mengenai dimensi
feminin dalam Gereja. Sebuah buku yang indah.
Dan apa Anda tidak bisa menonton film-film bagus, yang adalah
ketertarikan Anda yang lain? "La Grande Bellezza" memenangkan piala
Oscar. Apa Anda akan menontonnya?
Saya tidak tahu. Film terakhir yang saya tonton adalah "Life is
Beautiful" yang diperankan Beningni. Dan sebelumnya saya menonton "La
Strada" karya Fellini. Sebuah masterpiece. Saya juga suka Wajda....
St.Fransiskus memiliki masa muda yang bebas. Apa Anda pernah jatuh
cinta?
Dalam buku "Il Gesuita" saya mengisahkan cerita ketika saya
memiliki seorang pacar pada usia 17 tahun. Dan saya juga berbicara tentang hal
ini dalam "On Heaven and Earth" pada edisi yang saya tulis dengan
Abraham Skorka. Seorang gadis membuat saya tidak waras selama seminggu dalam
seminari.
Dan bagimana akhirnya, kalau boleh tahu?
Biasalah, anak muda. Saya membicarakannya dengan bapa pengakuan saya.
(tersenyum lebar).
Terima kasih, Bapa Suci.
Terima kasih.
Sumber:
http://vassallomalta.wordpress.com/2014/03/05/transcript-pope-francis-march-5-interview-with-corriere-della-sera/#more-24933
Tidak ada komentar:
Posting Komentar