Tahun 1958, seorang tua yang ramah, Angelo Roncalli,
terpilih menduduki Takhta Petrus. Ia menjadi seorang Paus yang bertanggung
jawab, seseorang yang menjaga kapal tetap stabil sementara para kardinal mengisyaratkan
perlunya seorang pemimpin yang menjabat dalan jangka waktu panjang. Kakek yang
murah senyum itu membuat dunia takjub dengan konsili ekumenis yang pertama kali
diadakan dalam seratus tahun. Hal ini sama sekali tidak terbayangkan oleh para
kardinal.
Namun demikian, para kardinal telah memilih seorang
benar-benar suci bagi tugas yang akan diembannya. Satu hal tentang orang kudus –mereka
taat pada Roh Kudus. Roh
Kudus berhembus ke mana Ia mau, dan mereka mengikutinya tanpa ragu.
Ketaatan membutuhkan
kerendahan hati, yang merupakan komponen penting dalam kesucian selama
berabad-abad. Ketika diminta untuk mengurutkan empat keutamaan pokok, St.Bernard
dari Clairvaux menjawab, “kerendahan hati, kerendahan hati, kerendahan hati,
dan kerendahan hati.” Jika ada karakter yang menonjol dari Angelo Roncalli, tak
lain adalah keempat keutamaan pokok tersebut.
Lahir di keluarga buruh
tani di kawasan utara Italia, Angelo tidak pernah menanggalkan asal-usulnya.
Sebagai seorang seminaris, ia menghabiskan musim panas dengan bekerja di ladang
bersama para rekan seminari. Kapanpun ia menanggalkan sarung tangan kepausan,
orang dapat melihat guratan-guratan tangan khas petani.
Paus Yohanes XXIII merupakan Paus pertama yang mengizinkan perwakilan
dari pemerintah komunis untuk mengunjungi Vatikan. Pada satu kesempatan, ia
menerima seorang diplomat Soviet dan istrinya dalam sebuah audiensi pribadi. Ia
menyerahkan sebuah rosario cantik sebagai hadiah kepada sang istri diplomat.
Ketika ia meletakkan rosario itu di tangannya, istri diplomat itu berseru pada
suaminya dalam bahasa Rusia, “Lihat, tangan seorang pekerja, ia salah satu dari
kita!” Tentu saja, istri diplomat itu tidak menyangka bahwa Paus petani
dihadapannya mengerti apa yang diucapkannya. Tapi ia keliru! Petani itu tidak
hanya berbicara bahasa Latin dan Italia sebagai bahasa ibunya, tetapi juga
Perancis, Yunani, Bulgaria, Turki, dan Rusia. Tugas menuntutnya mempelajari
semua bahasa itu. Tugas pula yang menuntutnya menjadi ahli mengenai Bapa Gereja
dan Reformasi dan kelak memeroleh gelar doktorat dalam bidang sejarah Gereja. Ia benar-benar seorang petani
yang berpendidikan tinggi!
Ucapan wanita Rusia itu membuatnya puas -ia bangga dikenal sebagai seorang petani, seorang pekerja, sebagai “satu dari antara kita”.
Ucapan wanita Rusia itu membuatnya puas -ia bangga dikenal sebagai seorang petani, seorang pekerja, sebagai “satu dari antara kita”.
Peristiwa itu menandai kualitas kesuciannya yang lain, dan dapat menjadi
teladan bagi kiita semua. Tidak seorangpun yang setelah bertemu dengannya,
pergi tanpa kesan yang mendalam bahwa ia selalu ada dengan mereka, untuk
mereka. Semua, bahkan para ateis, merasa
dikuatkan olehnya.
Ini bukan berarti bahwa
Paus Yohanes XXIII tidak memiliki prinsip. Di luar Konsili, ia menegaskan bahwa
esensi ajaran dan moral Katolik tidak akan disesuaikan dengan cita rasa modern.
Ia benar-benar seorang yang teguh soal kesederhanaan berpakaian, dan ia
seringkali mengingatkan mereka yang melupakannya. Tapi toh, dalam pidato
pembukaan Konsili, ia menyampaikan kritik tajam kepada “para nabi palsu” yang
tidak melihat apapun selain dosa dan bahaya era modern.
Ia juga selalu dapat membedakan
antara pribadi manusia dengan tindakan atau gagasan mereka, dan mengakui
martabat manusia pada diri setiap orang. Senyumnya yang meyakinkan membuat
orang tahu bahwa ia menemukan sesuatu yang menyenangkan dalam diri orang-orang,
keindahan ilahi yang tidak pernag dapat diburamkan oleh dosa maupun politik. Ia
selalu dapat dengan cepat menemukan titik temu dan membangun jembatan
pemahaman.
Ia bukanlah seorang
liberal maupun konservatif. Ia adalah Angelo Roncalli, seorang imam Yesus
Kristus, titik. Kaum konservatif mencintainya karena tindak-tanduknya yang
tradisional. Kaum liberal mendukungnya karena ia terbuka bagi perubahan.
Namun demikian, paus
Yohanes XXIII tidak memiliki darah politik dalam tubuhnya. Ia tidak mencoba
untuk bersikap “diplomatis”. Yang ia lakukan hanya menjadi dirinya sendiri.
Selalu. Inilah sebabnya ia terpilih untuk melakukan tugas pelayan dalam korps
diplomatik Takhta Suci selama bertahun-tahun. Ia menuai sukses di tempat yang lain gagal, membangun jembatan,
mendamaikan yang bermusuhan, dan menenteramkan krisis. Sedikit yang tahu bahwa ketika
krisis Kuba hampir membawa dunia ke perang nuklir, adalah Paus Yohanes XXIII
yang membantu Kennedy dan Kruschev menemukan resolusi damai.
Kemampuan Paus Yohanes
XXIII untuk membawa damai agaknya merupakan alasan mengapa Roh Kudus
menggunakannya untuk mewujudkan Konsili Vatikan II. Ia membuat kaum progresif
dan tradisionalis duduk bersama dalam satu meja dan bekerja bersama. Ketika
beberapa dari mereka mengajukan pengunduran diri, ia menolak sambil tersenyum
dan berkata pada mereka bahwa tugas mereka adalah saling mendengarkan satu sama
lain dan berkolaborasi demi kemuliaan Allah.
Ia merupakan seorang suci
yang menganggap serius karya dan kemuliaan Allah. Namun demikian, kesuciannya
mencegahnya untuk mengambil kemuliaan bagi dirinya sendiri. Ia digambarkan
memiliki “hidung orang Roma”, telinga dan lingkar pinggang besar yang
mencerminkan kecintaannya akan pasta. Ketika ia diberi kesempatan untuk berkaca
sambil mengenakan jubah kepausan pertama kalinya, sekretarisnya mendengarnya
bergumam sambil tersenyum, “Ya Tuhan, Paus ini akan merusak televisi!”
Sumber:http://www.crossroadsinitiative.com/library_article/415/Pope_John_XXIII___Saint_in_the_Age_of_Television.html
Sumber:http://www.crossroadsinitiative.com/library_article/415/Pope_John_XXIII___Saint_in_the_Age_of_Television.html